Monday 7 December 2015

PRETENSI MEMBUNGKUS HENDAK


Banyak hal yang kita jumpai setiap harinya yang mengandung  warna sebagai hiasan pelengkap jalan yang dilalui. Tak sedikit pula kita dipertemukan oleh berbagai situasi yang memaksakan kita melebur didalamnya dan berusaha memahami setiap situasi yang ada. Pretensi adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kita jumpai dan lakukan. Pretensi adalah  perbuatan berpura-pura (KBBI, dimana segala bentuk yang sebenarnya di kehendaki diubah menjadi pretensi. Keengganan terekspose keinginan adalah salah satu faktor seseorang berpura-pura, dengan berbagai alasan tersarang dalam hati dan pikiran. Sikap dan prilaku pretensi adalah seni berekspresi suatu keadaan, namun kita tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat dinilai sebagai bagian dari hipokrit/kemunafikan. Pura-pura adalah ruang kita menipu diri, semakin jinak kepura-puraan tersebut menaungi, semakin kita membebani diri, namun terkadang membela diri. Ketika pretensi di jadikan konspirasi, kondisi riil diabaikan; keengganan menebar kenyataan adalah awal kita menyusun pola dan konsep pretensi. Pretensi seakan makanan empuk ketika terjepit dalam kesempitan. Membungkus kehendak dalam kepura-puraan merupakan sebuah tindakan yang memungkinkan kita menjadi manusia  penuh warna, dimana didalamnya tercipta modus terlihat tulus. Tindakkan modus terlihat tulus mewarnai sikap dan prilaku  dalam ruang gerak kehidupan manusia, warna seperti ini banyak kita jumpai sehari-hari, seakan hal tersebut dijadikan prioritas dalam membenari diri serta dijadikan sebagai barometer pengambilan keputusan. Pura-pura seakan sarang berdiamnya beribu alasan riil, mengesampingan transparansi dalam bertindak jika akan demikian terus terjadi, maka kita tidak akan menemukan jati diri yang sesungguhnya, dan akan hidup berdampingan dengan segala tipu daya dan membiarkan suara hati tersembunyi dibalik kerasnya pretensi.  

No comments:

Post a Comment