Friday 11 December 2015

APA ITU 'ADA' ?



‘Ada’ adalah suatu kondisi real yang dapat   dilihat, raba dan rasakan.
Segala aspek  kehidupan yang kita lalui sehari-hari  entah di sadari atau tidak, hati dan pikiran kita selalu dinaungi  oleh berbagai pertanyaan, baik  yang berhubungan dengan diri sendiri  ataupun lingkungan sekitar kita. Peristiwa hidup yang kita lalui yang membuatnya bertanya-tanya dan hanya sebatas bertanya, mengapa demikian adanya?; karena kita hanya mampu bertanya  tentang hidup, untuk menjawab segala pertanyaan dalam hidup bukan diri kita melainkan rahasia hidup. Walaupun yang memiliki kehidupan adalah kita, yang kita miliki hanyalah jiwa dan raga, selebihnya berkaitan dengan rahasia hidup bukan milik kita. Kerahasiaan yang kita miliki hanyalah rahasia yang berasal dari apa yang kita miliki seutuhnya yaitu jiwa-raga yang menjadi kenyataan dari pada kita sebagai manusia.  Realitas yang terjadi dalam hidup yang kita jumpai pula membentuk pola dalam kepribadian yang memungkinkan kita mampu berpikir kritis dan realistis dalam menyikapi segala lini kehidupan. Berpikir kritis berarti berpikir tidak begitu saja mengakui akan pemahaman dan pedoman  yang menghampiri, dimana melewati berbagai pertimbangan untuk menjadikannya sebagai pedoman; sedangkan berpikir realistis berarti berpikir tidak kontra akan situasi dan kondisi atau dengan kata lain menerima segala sesuatu dengan lapang sebagai acuan akan kesadaran, untuk dirinya sebgai manusia yang memiliki berbagai kelemahan dan kekuarangan.  Dalam perjalanannya memungkinkan kita menyampaikan segala isi hati tersirat kepada elemen dunia air yang kita minum, udara yang kita hirup, tanah tempat memijakan kaki,  langit dan lainnya sebagainya sebagai satu kesatuan elemen dunia; sembari bergumam mengutarakan isi hati dalam bentuk pertanyaan apakah semuanya ini adalah sungguh ‘Ada’? ataukah saya seutuhnya ini yang layak untuk ditanyakan demikian?. Sungguh suatu keajaiban segala ciptaan ini, memang benar ada-nya. Segala yang ada kita dapat nikamati, namun sebagian dari segala yang ada, ada pula hal-hal yang tak dapat kita nikmati.   Dimana kita menjalaninya jatuh-bangun, ada yang jatuh dan bangun lagi, adapula yang jatuh dan tak bangun-bangun. Hal ini (jatuh-bangun) terjadi karena kita selalu ingin mencari akan eksistensi hidup yang sesungguhnya, namun eksistensi hidup sesungguhnya itu tidak ada atau hanya sebatas mitos, kalau memang bukan mitos mengapa kita mencari keberadaan hidup itu? Mungkin kita hanya ingin mencari jati diri, dan memang kebanyakan dari kita sebagai manusia mencari jati diri adalah focus dari pada  tujuan hidup itu sendiri, mengemas berbagai cara dalam pencarian.   Hidup mengajarkan kita banyak hal,ada peristiwa yang dapat diterima dan ada pula peristiwa yang tak mungkin terjadi yang mana diluar  kapasitas kita sebagai manusia yang  tak jarang kita tak dapat menerimanya, sewaktu-waktu kita senantiasa menangis oleh karena peristiwa terjadi diluar nalar namun itu semua terjadi karena berawal dari ‘Ada’ yang tak dapat dihindari.  
Anda adalah diri Anda seutuhnya, yang sewaktu-waktu meninggalkan Anda. Anda tak akan mampu  menciptakan ADA dalam hidup Anda, karena sesungguhnya ADA itu adalah RAHASIA, yang hanya dimiliki oleh Sang Pencipta Anda

Monday 7 December 2015

PRETENSI MEMBUNGKUS HENDAK


Banyak hal yang kita jumpai setiap harinya yang mengandung  warna sebagai hiasan pelengkap jalan yang dilalui. Tak sedikit pula kita dipertemukan oleh berbagai situasi yang memaksakan kita melebur didalamnya dan berusaha memahami setiap situasi yang ada. Pretensi adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kita jumpai dan lakukan. Pretensi adalah  perbuatan berpura-pura (KBBI, dimana segala bentuk yang sebenarnya di kehendaki diubah menjadi pretensi. Keengganan terekspose keinginan adalah salah satu faktor seseorang berpura-pura, dengan berbagai alasan tersarang dalam hati dan pikiran. Sikap dan prilaku pretensi adalah seni berekspresi suatu keadaan, namun kita tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat dinilai sebagai bagian dari hipokrit/kemunafikan. Pura-pura adalah ruang kita menipu diri, semakin jinak kepura-puraan tersebut menaungi, semakin kita membebani diri, namun terkadang membela diri. Ketika pretensi di jadikan konspirasi, kondisi riil diabaikan; keengganan menebar kenyataan adalah awal kita menyusun pola dan konsep pretensi. Pretensi seakan makanan empuk ketika terjepit dalam kesempitan. Membungkus kehendak dalam kepura-puraan merupakan sebuah tindakan yang memungkinkan kita menjadi manusia  penuh warna, dimana didalamnya tercipta modus terlihat tulus. Tindakkan modus terlihat tulus mewarnai sikap dan prilaku  dalam ruang gerak kehidupan manusia, warna seperti ini banyak kita jumpai sehari-hari, seakan hal tersebut dijadikan prioritas dalam membenari diri serta dijadikan sebagai barometer pengambilan keputusan. Pura-pura seakan sarang berdiamnya beribu alasan riil, mengesampingan transparansi dalam bertindak jika akan demikian terus terjadi, maka kita tidak akan menemukan jati diri yang sesungguhnya, dan akan hidup berdampingan dengan segala tipu daya dan membiarkan suara hati tersembunyi dibalik kerasnya pretensi.  

Friday 4 December 2015

KITA DAN AIR MATA



Ruang kehidupan kita diwarnai berbagai aspek yang mempengaruhi cara kita memaknai setiap peristiwa dalam hidup.  Eksistensi kita sebagai pribadi pula di warnai oleh pengaruh yang melanda kenyataan yang kita jumpai setiap harinya. Kenyataan-kenyataan yang ada tidak sedikit  mengarahkan kita kepada ruang kehancuran moral seakan melemahkan kita sebagai manusia berakal. Membiarkan kehancuran itu mengakar dalam segala lini kehidupan manusia dan kita pun menepi seakan tak mampu melawan. Kita pun dibiarkan membisu dibawah naungan kehampaan yang mengarahkan kita kepada kehilangan eksistensi individu sejati. Kita benar-benar disibukkan menemukan jati diri dalam hiruk-pikuk kebisingan yang sejatinya sudah mulai suram dan tak bermakna oleh karena persoalan pelik meliliti jiwa dan raga yang seakan rapuh dan tak mampu bangkit. Segala rasa baik yang abstrak maupun non abstrak telah kita lalui dalam  mengarungi lautan kehidupan, menghadirkan luka dalam yang tak mampu sehari terobati, selalu datang dan pergi tak membekas berarti dan memaksakan kita keluar dari lingkaran, mencari penenang (pain killer) untuk mengobati luka yang telah menganga. 

Kita dan kursi kekuasaan (penguasa)

Indonesia sebagai Negara penganut Demokrasi yang pada hakekatnya mengarahkan gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban (K B B I). Namun apa yang terjadi, seakan esensi Demokrasi hanyalah benang kusut yang pelik untuk dijalani rakyat, dimana Rakyat hanya dapat dijadikan sebagai kambing hitam akan segala kebijakan tidak terarah, kita terpesona oleh estetika komunikasi elite yang seolah-olah mengandung pesan merakyat, untuk mengelabui yang sejatinya kebijakan itu hanya topeng kepalsuan dimana terimplisit seonggokan beban yang harus dipikul rakyat banyak. Di balik segala kebijakkan yang ada banyak unsur yang berujung pada penyandraan batin rakyat. Bermula tebar pesona, meluluhkan banyak hati yang keras dan kontra, namun tidak disadari kita telah di racun oleh rayuan menggoda mematikan. Kursi empuk di penuhi bandit-bandit berdasi, menari dibawah  payung penderitaan Rakyat seolah tak berdosa, melupakan segala ucap merakyat, menjadikan jabatan sebagai ladang mengais rezeki, kerakusan dan ketamakan seakan prioritas yang menggerogoti jiwa dan pikiran mereka sehingga tak dapat dipungkiri melahirkan air mata bagi rakyat yang tak membekas dengan kata lain air mata batin. Rakyat hanya menonton kemonotonan penguasa dari kursi usang, berharap bergegas melepas keterpurukan dari segala arogansi tak memihak. Membiarkan lidah tak bertulang mengumbar asa, membiarkan telinga mendengar segala kebobrokan dan membiarkan mata melihat segala keterpurukkan melanda, hanya batin yang selalu merasa akan segala hal yang tak seharusnya dirasakan.
Apa dan siapa yang dipersalahkan ???
Coba kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang.
 Chord virgoun : surat cinta untuk starla

HIDUP TANPA JUDUL


 
Perjalanan hidup dapat dijadikan sebagai Inspirasi dalam proses pengembangan diri, segala peristiwa yang telah terjadi mengajarkan banyak hal tentang esensi hidup dalam kepribadian setiap insan yang menaungi payung kehidupan masing-masing. Hidup yang telah  membawa kita kepada lorong-lorong kehidupan dimana berbagai peristiwa mewarnai setiap langkah. Langkah penuh warna menghasilkan estetika sebagai simbol bahwa kita telah lalui berbagai lorong. Lalu pertanyaannya untuk apa kita lalui semua itu?;   Ya, kita harus melaluinya, karena kita yang hidup dalam kehidupan, karena dalam hidup ada kehidupan.
 Dari pertanyaan tersebut diatas terkadang memaksakan kita untuk mengatakan “Hidup Memang Tanpa Judul”; bagaimana mungkin kita memunculkan pernyataan tersebut?, mungkinkah kita marah dengan kehidupan yang sedang kita jalani? Atau mungkin kita marah kepada sang Cipta?, bukan!!, bukan seperti kemungkinan yang ditanyaakan!!, melainkan jawaban dari kemungkinan itu adalah memang sepatutnya kita lalui segalanya, karena hakekat kita sebagai manusia bukanlah penentu untuk sebuah tujuan karena yang menentukan adalah Pencipta sebagai wujud dari keyakinan kita akan Dia, tetapi kita hanyalah perencana untuk segala perencanaan.
Terlepas dari penentu jalan adalah Pencipta dan kita adalah perencana, namun kita pula dapat menentukan jalan sendiri melalui keyakinan yang teguh akan diri kita sendiri melalui hal-hal yang kita lakukan.   Kita sebagai pelaku dalam menjalankan roda kehidupan juga, tentunya belajar memahami kebijaksanaan, karena dengan kita memahami kebijaksanaan kita belajar tentang keseimbangan. Mengapa kita harus belajar tentang keseimbangan? Karena hanya ada dua hal didunia ini sebagai pembanding yang dapat mengajarkan kita tentang keseimbangan, dua hal pembanding itu adalah antara kebaikan dan kejahatan, antara hidup dan mati, antara kaya dan miskin, antara pintar dan bodoh dan masih banyak hal pembanding lainnya sebagai tolok ukur untuk menciptakan perbandingan.
 Ketidak seimbangan berpikirlah yang mengarahkan kita kepada arah yang tak menentu, menciptakan perbedaan sampai kepada tindakan ke-egois-an. Dengan memahami kesimbangan kita mampu berlayar sesuai arah, bertindak dan berucap  sesuai porsinya, sehingga tercapainya ketenangan dan kedamaian untuk kita sendiri dan menjauhkan kita kepada pernyataan “Hidup Tanpa Judul”, melainkan kita akan didekatkan oleh pernyataan “Hidup Ku Punya Judul".
Hanya Anda yang dapat menggambarkan hidup Anda   dan hanya Anda yang dapat menolong diri Anda sendiri. Selamatkan diri Anda oleh apa yang Anda lakukan dan katakan.

Tuesday 1 December 2015

PIJAR KEHIDUPAN ADA PADA POLA PIKIR


Peristiwa yang silih berganti mendatangi kehidupan mendorong kita untuk terus belajar memahami makna dari setiap langkah yang kita lalui untuk sebuah tujuan yang kita pandang sebagai pencapaian. Peristiwa akan menghasilkan pengalaman bagi kita yang menjalankan hidup, dalam perjalanannya kita pun diliputi oleh kesedihan dan kebahagian, kesuksesan dan kegagalan kemenangan dan kekalahan kesemuanya itu adalah peristiwa serta warna yang mewarnai jalan kita yang akan membawa kepada pendewasaan. Pendewasaan meliputi pendewasaan diri, pola pikir, sikap, prilaku serta cara berkomunikasi. Menemukan kebahagian dalam segala hal bukanlah sesuatu yang mudah dicapai, tidak ada kemudahan tanpa dilalui oleh sebuah kebersamaan karena pada hakekatnya kita sebagai makhluk social tidak bisa berdiri sendiri, kita membutuhkan orang lain dalam mencapai kebahagian sejati. Berbahagialah disaat anda dirundung kesedihan seperti anda berbahagia saat anda merasa bahagia, jangan pernah  memelas disaat anda terpuruk, tetaplah bertahan karena kebahagian serta kesuksesan yang anda dapatkan berawal dari kesedihan dan kegagalan. Orang yang tidak pernah dirundung kesedihan berarti orang yang tidak pernah merasa bahagia dan Orang yang takut kalah berarti orang yang tidak pernah merasakan menang. Pencapaian diawali oleh berbagai situasi yang pelik dimana terkadang kita tak berdaya menahannya, memikul beban dalam keterpurukan terkadang membuat kita putus asa, sesungguhnya didalam keputusasaan Anda memberi impak melebihi keterpurukan yang anda rasakan sehingga semakin tumbuh suburnya ketidak berdayaan Anda serta membiarkan psikologis semakin tertekan dan tidak bisa dipungkiri akan terganggu pula kesehatan anda. Membiarkan keputusasaan Anda pergi menjauh adalah langkah awal kita memudarnya keterpurukan. Ketidakberdayaan melemahkan kita, namun masih ada kekuatan yang dapat mematahkan kelemahan adalah optimisme.  Dengan memahami langkah yang dilalui, kita diajarkan untuk tetap bertahan dan melatih mental kita dalam segala situasi menaungi. Perubahan didapat melalui apa yang kita rasakan, lihat, raba dan dengar sehingga menghasilkan perubahan paradigma. Paradigma sesungguhnya adalah nilai yang seharusnya kita pegang dalam melewati segala hal, paradigma menuntut kita untuk melepas konsep psimisme dan ditanami oleh konsep optimisme, biarlah hati dan pikiran kita dihiasi oleh keyakinan yang teguh karena dapat memungkinkan kita memandang jauh kedepan walaupun tidak secara absolut akan terjadi seperti yang kita bayangkan. Optimisme dapat memenjauhkan ketidakberdayaan.  Paradigma juga yang akan menghantarkan kita kepada kebijaksanaan dan kebenaran walaupun kita menyadari bahwa tidak ada kebijaksanaan dan kebenaran yang mutlak di dunia, adanya kebenaran dan kebijaksanaan dikarenakan oleh adanya paradigma serta kebersamaan sebagai barometer keabsahannya.
Tidak ada pepohonan yang tumbuh tanpa akarnya,
Tidak ada kehidupan dilalui tanpa tangga-tangga